Prolog: Dunia di Ujung Tanduk - 2029*
Di markas besar NAU di Colorado, Presiden Jonathan Hayes menatap layar hologram yang menampilkan peta dunia. "Mulai operasi Lightning Strike!" perintahnya. Pada saat yang bersamaan, di Jackada Adi kecil menyaksikan langit dipenuhi pesawat siluman.
Dr. Evelyn Chen, ilmuwan utama NAU, menggigit bibir saat melihat data pertama serangan nuklir taktis. "Tuhan, apa yang telah kita lakukan?"
*Bab 1: Amrik Berdarah (2029-2035)*
Di hutan Amazon, Kapten Alejandro Ramirez memimpin perlawanan gerilya. "Mereka mengambil tanah kita, tapi tidak semangat kita!" teriaknya pada pasukan yang terdiri dari mantan tentara Bazil dan Venezula.
Sementara itu, Isabella Santos (28), jurnalis Baazil, menyelundupkan footage kejahatan perang ke jaringan underground. "Dunia harus tahu kebenaran," katanya pada Maria Rodriguez, aktivis hak asasi manusia.
*Bab 2: Asia Membara (2031-2040)*
Di Sanghai yang terkepung, Jenderal Chen Wei bertemu secara rahasia dengan Dr. Zhang Wei (50), ahli AI yang mengembangkan sistem pertahanan cyber. "Teknologi mereka canggih, tapi kita punya kecerdasan," kata Dr. Zhang.
Adi (16 tahun) sekarang menjadi ahli sabotase. Di Java, ia bertemu Sari, dan bersama Kapten Agus, mereka merencanakan serangan terhadap logistik NAU.
*Bab 3: Timur Tengah dalam Kobaran (2030-2045)*
Kapten Ali dari Turki dan Rachel Cohen bersatu melawan NAU. "Mereka mengira kita akan saling membunuh," kata Rachel sambil menatap Terusan Suez yang hancur.
Sheikh Mohammed bin Rashid menjadi mediator tak terduga. "Perang ini mengubah semua aturan," katanya dalam pertemuan rahasia di Dubai.
*Bab 4: Europ Terbelah (2032-2048)*
General Ivanov memimpin serangan balasan Rush. "Mereka lupa betapa dinginnya musim dingin Rusia," katanya pada Anna Schmidt, ahli cyber Jerman yang membelot.
Di Londay, Professor Thompson (65) mengembangkan teknologi penyaring radiasi. "Kita harus selamatkan yang tersisa," katanya dengan penuh determinasi.
*Bab 5: Arfika Bangkit (2035-2060)*
Commander Jabari memimpin pasukan gabungan Arfika. "Benua kita bukan untuk dijarah!" teriaknya di hadapan pasukan dari 54 negara.
Dr. Aisha mengembangkan vaksin untuk wabah kolera. "Setiap nyawa yang diselamatkan adalah kemenangan," katanya sambil bekerja tanpa lelah.
*Bab 6: Kelahiran dan Kematian (2045-2050)*
Jenderal Roberts melakukan kudeta terhadap Hayes. "Cukup darah yang tumpah," katanya dalam siaran global.
Tahun 2050, Zaid lahir di bunker Badung. Ibunya meninggal saat melahirkan. Di sisi lain dunia, Dr. Chen menyelamatkan data penting yang akan mengubah perang.
Adi dan Sari membangun keluarga di tengah perang. "Kita akan beri harapan untuk generasi baru," bisik Adi pada anaknya.
*Bab 7: Titik Balik (2050-2060)*
Zaid kecil menunjukkan bakat genius. Di usia 10 tahun, ia sudah membantu memperbaiki sistem energi.
Dr. Samantha Lee berhasil menciptakan tanaman tahan radiasi. "Makanan untuk masa depan," katanya dengan bangga.
*Bab 8: Jalan Menuju Damai (2060-2070)*
Konferensi Perdamaian Geneva mempertemukan semua pihak. Adi (50 tahun) memimpin delegasi GDA.
Zaid (20 tahun) mempresentasikan teknologi energi terbarukan. "Dengan ini, kita bisa membangun kembali," katanya penuh keyakinan.
*Epilog: Dunia Baru - 2070*
Di bekas reruntuhan York, Toyko, dan Jackada, taman vertikal bermekaran. Anak-anak tertawa di sekolah yang dibangun dari puing-puing perang.
Adi dan Zaid berdiri bersama di Monas yang telah dipugar. "Yah, lihatlah dunia baru kita," kata Zaid.
Dr. Chen (83 tahun) tersenyum dari rumah barunya di Singapura. "Mereka berhasil," bisiknya.
*Tokoh-Tokoh Baru:*
1. *Zhang Wei* - Ahli AI Chen yang sistemnya menyelamatkan Shanghai
2. *Isabella Santos* - Jurnalis Bazil yang dokumentasi kejahatan perang
3. *Professor Thompson* - Ilmuwan Inggis penemu penyaring radiasi
4. *Commander Jabari* - Pemimpin pasukan gabungan Arfika
5. *Dr. Aisha* - Ahli epidemiologi Arfika
*Data Global:*
- Korban perang: 370 juta jiwa
- Populasi 2070: 7.6 miliar
- GDP global: 40% level pra-perang
- Lahan terkontaminasi: 60%
*Quotes Terkenal:*
"Dalam kegelapan, kita menemukan cahaya. Dalam kehancuran, kita menemukan kekuatan." - Adi Pratama
"Teknologi bukan untuk menghancurkan, tapi untuk membangun kembali." - Zaid Al-Rashid
"Perang mengajar kita bahwa kemanusiaan lebih kuat dari senjata." - Dr. Evelyn Chen
Sumber: [Arsip Sejarah Global 2075], [Laporan Rekonstruksi PBB 2071]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar